Tuesday, May 29, 2012
Sejarah Pre Wedd
Entah siapa yang memulainya, Pre Wedding
Photography telah menjadi tren wajib bagi pasangan yang akan menikah.
Bisa dibilang, Indonesia adalah negara satu-satunya yang mempopulerkan
konsep ini. Padahal, secara konseptual di dunia fotografi, kegiatan ini
tidak lazim.
Demikian yang sempat diungkapkan
fotografer kawakan, Arbain Rambey dalam salah satu tulisannya di harian
Kompas. “Istilah fotografi pre wedding punya kesalahan
bahasa yang parah,” katanya. Kata pertama menggunakan bahasa Indonesia,
namun kata selanjutnya adalah bahasa Inggris. Kalaupun dibuat benar
secara tata bahasa Inggris adalah pre wedding photography.
Namun ini pun kesalahan yang makin salah, karena fotografer luar-selain
Indonesia akan bingung pada istilah ini karena ini termasuk tidak lazim
dalam dunia fotografi mereka.
“Fotografi pre wedding muncul di Indonesia dan sampai saat ini hanya lazim di masyarakat Indonesia. Fotografi prewed-begitu
biasa disebut terjadi karena pelaku fotografi ‘melebarkan’ market
bisnis di dunia pernikahan sampai ke segala segi,” ungkapnya.
Dalam dunia fotografi luar negeri, tidak mengenal istilah pre wedding photography, melainkan wedding photograpy.
Secara teoritis orang Barat mengenal istilah ini sebagai Engagement
Photo. Memotret pengantin saat kegiatan pemberkatan, pose pengantin
setelah pemberkatan di dalam studio dan luar studio. Bedakan dengan
fotografi prewed di Indonesia yang memotret calon pengantin
untuk keperluan detil pernikahan. Seperti sampul surat undangan,
standing foto memasuki gerbang tempat pernikahan dan sebagainya.
Semuanya diatur dalam pose sepasang pengantin yang sedang berbahagia.
Orang ‘Barat’ tidak pernah menyewa fotografer khusus untuk foto pre wedding,
karena biaya yang sangat mahal. “Bagi mereka, foto adalah karya seni
yang baik dan tidak murah. Foto bagus nan murah sama seperti
mengharapkan Mercedez A Class seharaga Avanza,” demikian dikutip dari
pernyataan fotografer Leonardo Kaharap dalam forum fotografi.
Leonardo Kaharap pun menjabarkan sejak kapan genre foto ini muncul hingga menjadi ruang industri sangat besar. Menurutnya, foto prewed
diawali saat industri fotografi berkembang pesat di wilayah China tahun
90-an. Bersamaan dengan ‘getolnya’ industri melodrama Asia. Seperti
Meteor Garden yang cukup booming di ABG-ABG Indonesia.
Mendongkrak kehadiran acara ini, diperlukan promosi besar seperti media
poster, baliho serta beberapa iklan di media televisi. Dengan menerapkan
konsep pencahayaan di dunia fotografi, olahan warna pada aplikasi
komputer jadilah poster memuat pose mesra dua pemain yang menggambarkan
kebahagiaan.
Hal ini kemudian ditangkap oleh fotografer China untuk menciptakan sebuah acara pernikahan seperti premiere film.
Dekorasi ruang acara bertebaran poster dan foto. “Jadi, berawal dari
niat seperti itu, banyak yang membuat acara pernikahan menjadi seperti
acara launching film. Foyer bertaburan foto, Mezzanine yang meriah dan
sebagainya.
Pertamanya sih tentu dari kalangan
Hi-Class aja yang bisa begini,” terang Leonardo Kaharap. Maka
berkembanglah tren ini hingga keluar China, seperti Taiwan, Hongkong,
Jepang sampai akhirnya menyentuh kepulauan Indonesia.
Hal berbeda dilansir situs Siku Toys
yang menulis, percaya atau tidak, pre wedding photography dimulai dari
negara Singapore. Sayangnya, kapan waktu pasti tidak diterangkan oleh
situs ini. Alasan dibalik kemunculannya, guna mengurangi stress para
pasangan menjelang hari H. Dengan foto pre wedding, mau tidak mau pasangan harus berpose yang gembira dan bahagia.
sumber : duniawedding.com
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment